Monday, September 19, 2011

My Hijab Story..

 
Assalamualaikum, dear friends..
I want to share a story about my first introduction with hijab. 
But first, i will change the language into Indonesian language. 
it's easier for me. xoxo..

Saya lahir ditengah keluarga yang umum, maksudnya keluarga saya muslim, tapi bukan keluarga yang terlalu islami. Saya dan adik dikenalkan dengan sholat lima waktu dan mengaji dari kecil, tapi meskipun kami semua rajin sholat, waktu itu belum ada satu perempuan pun dikeluarga besar ibu atau ayah yang berhijab. Masyaallah..

TK saya mulai masuk TPA (taman pendidikan al-qur'an), untuk belajar mengaji.. Guru mengaji saya waktu itu cukup banyak, mulai dari yang tua sampe kakak yang masih muda :D Saya punya seorang guru mengaji favorit, tapi saya lupa nama beliau :p Sebut saja ibu Ria.

Ibu Ria ini sangat cantik dimata saya, hijabnya panjang menutup dada, suaranya lemah lembut, kulitnya putih dan senyumnya sangat ramah. Saya selalu memandang kagum beliau, setiap kali ibu Ria sedang mengajar. Pada suatu hari saat sedang mengajar didepan kelas, tiba-tiba kunciran rambut ibu Ria lepas, rambutnya jadi terlihat keluar, lebih panjang dari hijab yang dikenakannya.

Enggak tahu kenapa, waktu liat kejadian itu saya malah jadi semakin terpesona dengan sosok beliau. Ternyata dibalik hijab panjangnya beliau punya rambut panjang yang sangat indah. Subhanallah..
Padahal waktu itu ibu Ria masih sangat muda, belum menikah. Pada jaman itu gadis muda seusianya lebih banyak yang memilih untuk memamerkan rambut indahnya dari pada menutupinya dengan hijab yang sama sekali tidak populer. Apalagi ibu Ria tergolong gadis yang cantik. Tapi beliau tetap istiqamah dengan hijabnya. Subhanallah..

Berkat ibu Ria, mindset saya pada hijab menjadi baik. Sejak itu saya jadi sadar, wanita berhijab bukan untuk menutupi kekurangan tapi justru untuk menutupi kelebihan. Jadi meskipun berhijab dan tertutup tidak lantas membuat kita malas merawat diri.. :)

Dulu saya sering berpikir, betapa beruntungnya laki-laki yang kelak menjadi suami ibu Ria, mendapatkan wanita sholehah yang sangat cantik bahkan dalam keadaan tertutup sekalipun. Tentu kecantikannya hanya menjadi milik suami dan keluarganya. Kelak saya ingin menjadi wanita istimewa seperti beliau. Aamiin..

Masuk usia remaja, saya tetap tertarik dengan hijab. Tapi disisi lain, saya juga termasuk gadis yang genit. hihihi.. :"> Saya senang bersolek, mengikuti mode berpakaian di majalah, dan mencoba berbagai model potongan rambut. Selain itu saya juga punya hobi koleksi aksesories rambut, jadi rasanya masih berat untuk menutupi rambut saya dengan hijab.

Saat saya kelas satu SMP, kedua orang tua dan kakek nenek saya pergi ibadah haji ke tanah suci. Saat manasik dan sepulang dari ibadah haji, akhirnya ibu mengenakan hijab. Alhamdulillah.. :) Melihat ibu memakai hijab, ketertarikan saya pada hijab kembali muncul dan semakin bertambah.

Saya senang bermain-main dengan koleksi hijab ibu. Sampai akhirnya pertengahan kelas dua SMP, saat liburan semester pertama saya berniat untuk mulai mengenakan hijab. Saya sampaikan niat itu pada Ibu dan Ayah, beliau berdua sangat mendukung. Tapi ayah saya berpesan, jika saya telah memutuskan untuk berhijab, sampai kapanpun saya harus terus mengenakannya. "kamu siap pake jilbab? kalo udah pake jilbab, nanti gak boleh tiba-tiba dilepas ya", pesan ayah saya waktu itu. Saya cuma jawab, "iya, tapi sedikit-sedikit ya, Yah".
Selesai liburan saya masuk sekolah dengan seragam baru. Kemeja lengan panjang, rok biru panjang, dengan hijab putih menutupi rambut saya. Enggak ada lagi aksesories rambut warna warni..

Dan bisa ditebak reaksi temen-temen liat perubahan saya yang mendadak. "wah tobat ya, tya", "wah sekarang jadi ibu haji ya", dan reaksi-reaksi lainnya. Saya sih anaknya cuma cengar-cengir aja, senyam-senyum.. :p

Yang parah, waktu kelas tiga SMP, karna tiap hari saya pake kerudung putih temen-temen cowok yang bandel-bandel manggil saya "mumun si pocong" (-__________-') jelas saya gak terima, setiap mereka panggil gitu.. saya marah-marah, protes!
Seenaknya aja panggil saya pocong :( "gpp, tya.. mumun itu pocong cantik" pembelaan mereka waktu itu. Ah cantik juga saya tetep ogah dipanggil pocong. Hmm.. tapi marah-marah sampe kaya apapun, anak-anak bandel itu gak juga berhenti manggil saya mumun. Akhirnya saya nyerah.. terserah deh mau panggi apa (- -') *putus asa (mungkin itu bentuk perhatian mereka buat saya *menghibur diri*)

Saat itu diantara teman-teman dekat cuma saya yang berhijab, tapi itu jelas sama sekali enggak membatasi ruang gerak saya dalam bergaul. Apa yang saya pake sama sekali gak merubah pribadi saya. Saya masih anak yang sama, santai, cuek, apa adanya..

Saya belajar berhijab bener-bener secara bertahap, gak langsung jrengg kemana-mana pake hijab. Pertama, mulai dari pake hijab cuma ke sekolah aja. Di rumah dan di luar lingkungan sekolah saya masih cuek pake celana pendek kemana-mana. Parah kan.. (-___-") Kelas tiga SMP saya mulai malu.. tapi sedikit. hehe :p Mulai pake hijab kemana pun saya pergi, kecuali di lingkungan rumah dan diperjalanan mudik ke magelang (panas, alasan saya waktu itu). Di rumah, saya main sama temen-temen sekitar dengan hijab ditempat cucian, alias gak dipake.

Kelas satu SMA baru saya bener-bener sadar dengan apa yang saya pake selama ini, itu pun dengan proses. Saya masuk ke SMA negeri yang bernuasa imtaq. Di sekolah saya ini ada banyak ekstrakulikuler (ekskul) yang bisa diikuti. Mau gak mau setiap siswa kelas satu wajib mengikuti minimal satu ekskul selama setahun. Karena saya termasuk anak yang gak mau cape, akhirnya saya pilih organisasi yang lebih banyak duduk-duduk di dalam ruangan. Organisasi itu namanya IRma, Ikatan Remaja Masjid :D

Awalnya saya ikut organisasi ini cuma untuk memenuhi kewajiban harus berorganisasi, gak ada maksud dan alasan lain. Tapi mungkin ini skenario Allah SWT, ternyata disini saya mendapat banyak ilmu dan semakin mantap dengan hijab yang saya kenakan. Alhamdulillah..

Hijab ini bukan sekedar pakaian, ini jadi identitas saya sebagai wanita muslim. 
Saya jadi semakin mengerti kenapa Allah SWT memerintahkan wanita untuk berhijab. Hijab menjadi pelindung bagi wanita. Bukankah wanita itu indah seperti perhiasan dan perhiasan yang mahal tentu tidak akan di umbar pada sembarangan orang.

Sejak saat itu sampai sekarang hijab menjadi bagian tak terlepaskan dari diri saya, setiap hari saya belajar untuk semakin memperbaiki akhlak dan cara saya berhijab. Alhamdulillah, saat ini hampir semua perempuan baik di keluarga besar Ibu maupun Ayah juga sudah mengenakan hijab. Sekarang hijab memang sudah tidak menjadi pakaian yang dipandang sebelah mata lagi. Sudah semakin banyak wanita yang mengerti arti penting berhijab dan bagaimana menjadi cantik mengenakannya.

Saya pernah membaca sinopsis sebuah buku muslimah (judulnya saya lupa), disitu dikatakan.. "Banyak wanita tidak menyadari, hijab bukanlah pilihan tapi kewajiban". Masyaallah.. berarti wanita muslim wajib mengenakan hijab sama seperti menjalankan sholat dan puasa.

"Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang." (Al-Ahzab:59)

I'm getting loved my hijab, and I will never remove it! This part of my life and myself.
That's my hijab story, it just to share. But I hope, my story may also give inspiration for you, my beautiful friends.. for wearing hijab soon.. 
Assalamualaikum :)

3 comments:

  1. Subhanallah...semoga istiqomah dengan hijabnya..
    ^_^

    ReplyDelete
  2. very nice story.......
    from your story i got lesson that everything has price and need consistence and persistence action.
    thanks for sharing

    ReplyDelete
  3. @fahrul sidiq aamiin.. insha allah ^_^

    @feri suwarto your welcome, happy to share :)

    ReplyDelete

hello, glad to meet you, dear friends :) and thank you to leave your comment for me..